Sudah hampir setahun saja pandemi ini berlangsung dan kita masih harus tetap #DirumahAja. Kalaupun ada kepentingan, keluar ke sana ke mari pun harus tetap waspada dan mengikuti protokol kesehatan. Capek enggak sih? Awal-awalnya sih enggak. Sebagai orang yang cukup betah di kamar saja sambil main atau nonton, di rumah aja tidak terasa memberatkan sama sekali. Yang membedakan hanya kalau perlu jajan atau membeli keperluan sehari-hari yang kemudian mengharuskan pakai masker, dan selalu menyemprotkan cairan disinfektan baik pada diri sendiri maupun belanjaan. Tapi lama-kelamaan bosan juga. Ingin pergi makan ini-itu, ingin jalan-jalan ke sana-sini. Rindu.
Semangkuk ramen dari Tori King di Singapura
“Kalau makan kan bisa pesan aja atau dine in di mobil.”
Pertama, tidak semua makanan bisa tetap enak kalau disajikan dalam bentuk takeaway. Kedua, enggak punya mobil, bos.
Beneran. Kangen saat-saat mau ngumpul bareng teman-teman atau dine in di restoran favorit tanpa perlu khawatir terjangkit Covid-19 atau jadi carrier. Ingin berangkat ke bandara untuk bertemu dengan keluarga dan teman-teman di kota lain dengan rasa deg-degan bercampur kangen, bukan deg-degan bercampur khawatir terinfeksi virus atau malah menjadi pembawa penyakit bagi orang terdekat. Lihat kabar yang beredar di media sosial, jumlah kasus semakin meningkat setiap harinya. Kurvanya juga terus menanjak.
Flatten the curve? More like fatten the curve.
Sumber: corona.jakarta.go.id (per 12 Januari 2021)
Kekesalan pun memuncak saat mendengar kabar tentang salah satu oknum yang bertanggung jawab atas keramaian yang terjadi di Petamburan beberapa waktu lalu. Di kala orang hidup penuh kehati-hatian, ia dan kerumunannya malah berkumpul ramai-ramai, sembari menebar kebencian.(1) Lebih parahnya lagi, oknum yang sama itu berhak atas tes swab secara cuma-cuma.(2) Ngeselin? BANGET. Bayangkan, orang-orang yang selama ini harus bertahan dengan tetap di rumah aja enggak dapat apa-apa, sedangkan mereka yang berkerumunan menyebar kebencian mendapatkan insentif. Mengutip ucapan saya dalam sebuah percakapan dengan seorang teman terkait hal ini, “Apparently, being a law-abiding citizen with a touch of common sense gives you jackshit.”
Kalau aja dari awal semuanya udah nurut untuk berdiam di rumah, enggak keluyuran sana-sini, pasti kita udah bebas Covid-19 kayak Selandia Baru.(3)
Memandang dengan iri (sumber: Know Your Meme)
Ditambah lagi dengan libur akhir tahun yang barusan ini. Pemerintah katanya mengurangi libur akhir tahun supaya masyarakat tidak berlibur dan angka kasus Covid-19 dapat ditekan. Kenyataannya? Tetap jalan-jalan dan pamer foto liburannya di Instagram.
Yang lucu adalah influencer di media sosial yang awalnya udah bagus mengimbau followers-nya untuk enggak ke mana-mana, tetap pakai masker, tapi pas liburan tahun baru malah jadi yang terdepan unggah foto liburan dan menikmati hidup dengan alasan, “Kita tetap sesuai prokes, kok,” seakan-akan menjadi sebuah pembuktian kepada banyak orang bahwa kondisi saat ini sudah aman untuk berlibur.
Singkatnya, hal yang ingin disampaikan melalui tulisan ini adalah:
ELU-ELU SEMUA PADA KAGAK BISA APA DIEM DULU DI RUMAH? AH ELAH GITU AJA SUSAH AMAT.
Sekian. -HL
(1) Wahyu Adityo Prodjo, “Rizieq Terjerat Kasus Kerumunan di Petamburan, FPI: Kenapa Tuan Rumah Jadi Tersangka?”, Kompas.com <https://megapolitan.kompas.com/read/2020/12/10/16023521/rizieq-terjerat-kasus-kerumunan-di-petamburan-fpi-kenapa-tuan-rumah-jadi?page=all> [8 Januari 2021].
(2) “Satgas Buka Tes Swab Gratis Warga yang Ikut Kerumunan Rizieq”, CNNIndonesia.com <https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201123120501-20-573272/satgas-buka-tes-swab-gratis-warga-yang-ikut-kerumunan-rizieq> [8 Januari 2021].
(3) “New Zealand lifts all Covid restrictions, declaring the nation virus-free”, BBC.com <https://www.bbc.com/news/world-asia-52961539> [8 Januari 2021].
Comments